Stres di masa kehamilan adalah hal yang wajar. Namun, stres berkepanjangan dapat berisiko buruk bagi perkembangan janin. Sebuah survei mengungkap, stres berkepanjangan di masa kehamilan meningkatkan risiko bayi lahir dengan kondisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
ADHD merupakan gangguan mental yang banyak menyerang anak-anak dengan ciri-ciri antara lain, tidak bisa duduk diam, sulit konsentrasi, banyak bertindak untuk menarik perhatian, kesulitan belajar, impulsif, ceroboh, sulit diarahkan, agresif, dan cenderung sering membuat kekacauan.
Stres berkepanjangan saat hamil meningkatkan hormon stres dalam rahim. Kondisi ini akan memengaruhi perkembangan otak halus janin. Hormon Stres juga dapat memengaruhi aspek lain dari perkembangan anak, termasuk perilakunya di kemudian hari.
Dalam studinya, Alina Rodriguez dari Institute of Psychiatry, King's College London, mempelajari lebih dari 1.700 ibu dan anak-anaknya. Hasilnya, ibu yang merasa tertekan pada masa kehamilan, atau mengalami kesedihan mendalam, dua kali lebih mungkin memiliki anak dengan kelainan perilaku saat usia lima tahun.
Studi menganalisis gangguan perilaku anak sejak awal kehidupan hingga usia sekolah, berdasar sejumlah faktor. Selain ADHD, anak-anak yang terpapar stres sejak dalam kandungan juga lebih mungkin menderita masalah emosional lainnya, seperti mudah marah dan sulit bergaul dengan anak-anak lain.
Rodriguez meminta ibu hamil tak terlampau khawatir dengan hasil studi tersebut. "Jika stres saat hamil, coba lakukan kegiatan yang bisa mengubah suasana hati atau mencoba santai. Dapatkan dukungan dari orang lain, dan lakukan hal-hal yang membuat Anda merasa baik," katanya seperti dikutip dari Daily Mail.
Andrea Bilbow, dari National Attention Deficit Disorder Information and Support Service, menambahkan, "Saya pikir kita perlu memastikan bahwa wanita hamil mendapatkan akses dukungan lebih banyak, karena banyak dari mereka yang rentan stres karena harus bekerja dalam kondisi hamil.
ADHD merupakan gangguan mental yang banyak menyerang anak-anak dengan ciri-ciri antara lain, tidak bisa duduk diam, sulit konsentrasi, banyak bertindak untuk menarik perhatian, kesulitan belajar, impulsif, ceroboh, sulit diarahkan, agresif, dan cenderung sering membuat kekacauan.
Stres berkepanjangan saat hamil meningkatkan hormon stres dalam rahim. Kondisi ini akan memengaruhi perkembangan otak halus janin. Hormon Stres juga dapat memengaruhi aspek lain dari perkembangan anak, termasuk perilakunya di kemudian hari.
Dalam studinya, Alina Rodriguez dari Institute of Psychiatry, King's College London, mempelajari lebih dari 1.700 ibu dan anak-anaknya. Hasilnya, ibu yang merasa tertekan pada masa kehamilan, atau mengalami kesedihan mendalam, dua kali lebih mungkin memiliki anak dengan kelainan perilaku saat usia lima tahun.
Studi menganalisis gangguan perilaku anak sejak awal kehidupan hingga usia sekolah, berdasar sejumlah faktor. Selain ADHD, anak-anak yang terpapar stres sejak dalam kandungan juga lebih mungkin menderita masalah emosional lainnya, seperti mudah marah dan sulit bergaul dengan anak-anak lain.
Rodriguez meminta ibu hamil tak terlampau khawatir dengan hasil studi tersebut. "Jika stres saat hamil, coba lakukan kegiatan yang bisa mengubah suasana hati atau mencoba santai. Dapatkan dukungan dari orang lain, dan lakukan hal-hal yang membuat Anda merasa baik," katanya seperti dikutip dari Daily Mail.
Andrea Bilbow, dari National Attention Deficit Disorder Information and Support Service, menambahkan, "Saya pikir kita perlu memastikan bahwa wanita hamil mendapatkan akses dukungan lebih banyak, karena banyak dari mereka yang rentan stres karena harus bekerja dalam kondisi hamil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar